Tuesday, December 23, 2014

Berisik!



Katanya kemaren hari ibu yah, tahu pas liat timeline twitter. Tadinya pengen gue retweet. Tapi gak jadi. Males, ah. Kalo jadi pun paling cuma pengen sok-sok an kalo gue notice itu hari apa. Pengen dilihat orang kalo gue up to date. Gak bikin gue pergi ke kuburan terus berdoa buat si mama. Terus ya udah, tgl 22 Desember berlalu begitu saja, gak ada yang spesial.

Sampai satu percakapan bikin gue terhisap bukan balik lagi ke tgl 22, tapi ke saat di mana gue masih bisa denger mama gue ketawa ngakak, nangis sesegukan, marah treak-treak. Gue rindu. 

Saat terakhir gue lihat mama itu di teras rumah, dia natep gue lekat sampe amang tukang ojek membawa gue pergi. 

Temen gue yang udah orphan (juga) bilang dia smaleman sedih, nangis ampe tidur larut. Dia inget mamanya. 

Dan gue yang tadinya biasa aja sama hari ibu jadi langsung ngerasain sakitnya, dia bilang ga tahan lihat medsos tgl 22. Isinya tetiba banjir berlelehan poto bareng emak. Lagu nasional hari itu berubah jadi lagu Bunda – Potret. Dia sirik. Gue juga jadi ikutan. 

Sama aja sih, kayak lo upload poto lagi belanja di Myong dong pas yang lain sibuk kerja ga bisa ambil cuti. Check in makan di resto mahal bareng pacar pas ada yang baru putus. Sama-sama bikin sirik. Bedanya, kalo kangen ibu yaa cuma gak bisa diobatin dengan punya mama baru atau minjem mama orang aja. Sayang seorang ibu tuh, gak terganti, men.

Bukan salah orang-orang yang posting dong, mereka kan cuma pengen banggain ibunya. Pengen berbagi cinta kasih anak-ibu ke temen-temennya. Apapun modus mereka, intinya tentang ibu. Kalian punya representasi dan makna masing-masing. 

Gue nulis ini sekedar curhat aja, no offense. 

Jadi inget celoteh si kecil Rosy di film We Bought A Zoo, “Their happy is too loud”

Kadang kita ga nyadar, kebahagiaan kita ternyata membawa rasa sakit bagi yang lain.
That’s why, syukur itu ada. Biar kamu gak lupa tanah, pas lagi lihat pelangi.


Tuesday, December 16, 2014

I Enjoy My Self As A Villain



“Lu jutek banget tau, Lih”
“Muka lu biasa aja, dong!”
“Jangan belagu, lu!”
“Si Mawar takut tau Lih sama lu”

Hahaha … semenyeramkan itu kah aku?

Sejauh yang bisa aku ingat, komen-komen serupa ga terlalu banyak bergaung pas zaman kuliah. Tapi, pas kerja jadi sering banget denger dari orang-orang sekitar. Jujur, aku sama sekali gak keganggu. Toh, yang ngomong temen-temen deket yang tau aku kaya gimana. Dan mereka sama sekali ga ada masalah. Karena aku juga tahu kapan aku bisa jadi diri aku sendiri dan kapan musti sedikit jaga sikap (baca: acting). But I bet, my trully friends would know at glance when am being fake. 

Asertif. Satu kata itu yang mulai aku terapkan sejak hmmm sejak kapan yah. Sejak aku merasa cukup dewasa untuk menentukan hidup seperti apa yang pengen aku jalani. Makanya, sebisa mungkin aku ga menyesal atas apa yang udah aku pilih. Mungkin, sikap asertif yang dibumbui mood swing adalah cikal bakal larutan villain yang sewaktu-waktu bisa keluar dari dalam diriku

Ada sih, beberapa orang yang jadinya salah persepsi dan malah bikin image aku jelek depan mereka. Tapi aku gak mau ambil pusing. Aku juga gak lantas jadi penjilat. Selama aku bisa buktiin that I way better than what they think. 

Oia, sejak menjauhi sinetron dan tetep nonton k-drama sama j-dorama I’ve been developing my personality. Terkesan gak nasionalis ya? Mau gimana lagi, coba aja nonton sinetron sana. *evil smile*

Intinya sih dengan banyak nonton dan baca, melek sama dunia, aku menemukan fakta (tersadarkan) bahwa manusia tuh gak akan jahat abis-abisan kaya Mischa di Cinta Fitri, selalu menyebalkan kaya Bawang Putih, baik dan terlihat lemah kaya Lala di Bidadari. Manusia tuh gak dua dimensi, men. Gabisa disamain sama gambar nobita di komik. Lu musti nonton Stand by Me  3D! eaaaaa. Abaikan.

Aku pernah denger kata-kata seorang teman, kalau udah sarjana tuh lihat segala sesuatu musti kaya toga! Pentagonal. Dari banyak sisi gitu, jangan maen judge dan benci sama satu hal ampe gak mau melihat dengan sudut pandang lain. Open minded. 

Kalau kamu memang someah kaya jargon orang Bandung, ya someah lah setulus yang kamu bisa. Tapi, kalau kamu mulai lelah dan ingin menolak berkata “ya”, then say  “no” sejujur yang kamu bisa. Kamu gak bisa terus-terusan bohongin diri kamu sendiri for who you really are.  

Well, if i have an option as a villain.
I choose (Wreck it) Ralph and Malaficent as a role model.  *smirk*

Sunday, December 7, 2014

Sunyi



Setelah nonton Sherlock Holmes: His Last Vow …

Sherlock menyadarkanku sesuatu, he said that love is a human error. Di mana ada manusia di situ pasti ada kelemahan. Dan menggunakan titik lemah “cinta” jadi salah satu cara Sherlock menyelesaikan misi detektif nya. You are so mean, Sherl! But,  still the best (Mr. Cumberbatch) :P

Jika Sherlock mengungkap sisi gelap cinta dengan cerdik, dr. Watson mengajarkan bahwa cinta itu anugerah. Watson is a gentleman for real. 

Klise tapi menggelitik untuk dibahas. Saat Watson menyadari bahwa istri yang baru ia nikahi ternyata seorang pembohong. Mary yang dicintai Watson ternyata menyimpan rahasia besar yang membuatnya harus rela menghabisi nyawa sahabat suaminya sendiri. Tapi, yang perlu di highlight di sini adalah sikap Watson setelah tahu kelakuan istrinya. Apa dia marah? Yup, absolutely he did. Marah yang masih terkendali, dia butuh waktu untuk berpikir kemudian memutuskan …

“masalah tentang masa lalumu adalah urusanmu, masalah masa depanmu … adalah hakku. Itu semua yang ingin aku sampaikan, itu semua yang kuingin kau tahu”. Watson melanjutkan “semua ini bukan berarti aku tidak marah, aku sangat marah dan itu akan muncul sekarang dan nanti”.

See? Betapa cinta itu anugerah. Watson menerima istrinya kembali dalam pelukannya. Emang sih, it’s not a fairytale… siapa tahu kedepannya masalah masa lalu istrinya ini akan terus menghantui. Yang jelas Watson memilih untuk gak mau tahu masa lalu istrinya, hidup bahagia dibanding ngeributin siapa dan bagaimana istrinya dulu.

Let’s Back to Reality.

Based on  my retweet :
Iya sih da suka kepo "@idillionaire: Girls always find things out."



Dari sengaja atau tidak sengaja, akhirnya aku tahu ternyata dia juga menyimpan rahasia besar tentang masa lalunya.
Cukup alasan untuk akhirnya hening. 


Days of deafening ....



i do love...