Sunday, January 18, 2015

Let’s Eat








www.seriesubthai.com




Aku pecinta drama korea. Udah gak keitung berapa yang aku suka, suka banget, dan paling aku suka. Pokoknya banyak. Biasanya nonton drakor lihat pemainnya dulu. Baru lihat cerita atau genrenya. Komedi romantis emang yang paling banyak diproduksi dan diminati. Tapi, lama-lama bosen juga kan, inti ceritanya begituuuuuu aja. Ya gitu. Komposisi 2-2. Cewek dua cowok dua. Tahu kan kaya gimana? Gitu deh.
 
Untuk yang satu ini, saking ngenanya sama yang aku rasain dan jalanin bikin pengen menuangkannya lewat tulisan. Let’s Eat tuh genrenya apa ya ... ada romance, komedi, sama thriller nya sih. Tapi intinya ya makan-makan. Yeay makan-makan! Siapa coba yang gak suka makan?

Tiap episode, adegan makan tuh pasti yang paling ditunggu. Mereka makan apa, kaya gimana makannya, gimana masaknya, dan gimana ekspresi foodgasm mereka pasti bikin penasaran dan gak pake bosen meski selama 16 episode kita terus dicekokin adegan orang makan-makan dan cuma bikin ngiler.

Buat yang hidup ngekost atau hidup sendirian pasti dalem banget deh, ni drama. Aku jadi sok-sokan ngebayangin ni yang nulis skenarionya pasti orang yang lama ngerasain hidup sendiri. Si penulis jago banget ngambil cerita slice of live (orang yang idup sendiri) dipaduin adegan makan-makan tanpa maksain kedua tema itu buat nge blend. Effortless lah. Keren!

Banyak lho, drama ini ngasih hint soal susah dan pedihnya hidup sendiri. Pernah si tokoh utama ceweknya jelasin soal biaya dia tinggal di apartemen dengan gaji yang dia dapet. Apa aja yang musti dibayar dan berapa. Apapun musti pake uang kalo kamu idup sendiri. Iks, feel it.

Let’s eat juga ngasih tips manfaatin apa yang udah gak kepake biar gak mubazir. Kayak susu yang udah gak pengen kamu minum dan bentar lagi kadaluarsa. Dan Barashi juga jadi magnet drama ini. Anjingnya lucu bangetttt!

forums.soompi.com

Faktor lain yang bikin Let's Eat semakin menarik adalah masing-masing tokoh punya karakter yang kuat. Mereka saling menonjolkan sisi positif karakternya, jadi meski banyak konflik yang terjadi antar tokoh, tetep aura yang keluar tuh positif. Karena mereka apa adanya. Good and bad are mingle.

Nasi.

Untukmu yang terbiasa makan sendiri karena kesepian.
 Untukmu yang tidur karena bosan.
Untukmu yang menangis karena sedih.
Aku menulis ini.
Kunyah perasaanmu yang terpojok seperti kau mengunyah nasi ini.
  Bagaimanapun juga, hidup adalah ...
Sesuatu yang harus kau cerna.

Saturday, January 17, 2015

Overview



“Life can only be understood backwards, but it must be lived forwards.” 
–diambil dari bio ig @indradya

Banyak. Banyak banget hal yang aku syukuri darinya, seorang ayah sepertinya. Semakin aku kagum makin aku sakit karena ia tak lagi bisa kuajak bicara, bertanya tentang hidup yang ia jalani untuk kami dan hidup yang kami sia-siakan tanpa bisa berterima kasih. 

Hal yang aku ingat saat bapak masih hidup adalah ia sangat rewel dan merepotkan. Ia hanya seorang ayah lumpuh penggerutu, dan tak bisa aku banggakan di depan teman-temanku (dengan penampilannya). Sepertinya ingatanku tentangnya berhenti sampai saat aku kelas enam SD saat ia sakit dan harus hidup dengan cacat fisik. 

Baru dua belas tahun kemudian aku sadar bahwa ayahku hebat, ia mampu menghidupi keluarganya tanpa tubuh sehat. Hanya dengan duduk santai dan mengomel, ia mampu. Ternyata. Bahkan sampai ia pergi, kami masih bisa merasakan sisa-sisa hasil jerih payahnya.

Biar kuberi sedikit rincian. Waktu pertama kali mengenal asuransi, aku sangat menyayangkan mengapa bapak tak punya asuransi. Andai saja bapak kenal asuransi aku bisa sekolah dan bapak bisa berobat dengan bekal polis asuransi yang sebelumnya sudah disiapkan. Tanpa menggangu uang tabungannya. Tapi, mungkin waktu itu bisnis asuransi belum seramai sekarang. Orang-orang yang sadar asuransi masih sedikit. Aku tidak bisa menyalahkan bapak.

Jika dipikir lebih dalam, manfaat asuransi adalah untuk orang yang ditinggalkan. Bukan masalah bagaimana ia hidup dan seperti apa ia meninggal, tapi bagaimana ketika ia sakit bahkan sampai meninggal ia masih bisa memberikan nafkah bagi keluarganya. Dan tanpa asuransi, bapak bisa melakukannya.  Proud of you, Pak.

Bapak tidak terdidik untuk mengenal asuransi, tapi bapak ahli berinvestasi. Ia banyak menghamburkan uangnya untuk tanah dan sawah. Yang akhirnya bisa bermanfaat untuk kami.

Ternyata ...

Butuh belasan tahun untuk aku akhirnya mengerti. Untuk aku bersyukur atas apa yang pernah aku miliki.

Semoga belum terlambat untukku mensyukuri apa yang sedang dan akan kumiliki.