Tuesday, April 25, 2017

The Power of Ibu Rumah Tangga



Buat ibu rumah tangga yang 24/7 nya didedikasikan untuk keluarga. Aku nulis ini untuk kalian para perempuan tangguh. Mungkin bagi ibu-ibu seumuran mamah aku, sixty something (kalau masih ada) jadi ibu rumah tangga yang ngurus rumah dan anak (doang) dan gak kerja itu biasa. Lumrah, dan wajar adanya. Tapi... zaman kini telah berubah. Dan aku pun sudah menjadi seorang ibu. Di zaman aku, jadi ibu rumah tangga (doang) itu commonly dianggap membosankan, gak kreatif dan gak hebat karena gak bisa multitasking. Ngurus anak iya, berkontribusi secara finansial juga iya.

Is it super cool, when you have a happy family and a good career at the same time? 

Nowadays, people ask woman not only to become a stay-home mother, but a worker also. Buat aku itu masih jadi impian. Karena balik lagi ke kehidupan yang sedang aku jalani, aku sekarang (hanya) seorang ibu untuk Kai dan istri untuk Pak Hamzah. Apakah itu mudah? NOOOpe. Karena meski aku berhasil membuat Kai dan Pak Hamzah bahagia, aku merasa dunia masih melihat aku sebagai Lilih yang gak ada apa-apanya. 

Is it more fun? Saat ibu rumah tangga sudah lelah dan bosan mengurus rumah, ia bisa teralihkan dengan pekerjaan dan orang2 di sekelilingnya. Sementara a full time mother akan terhenti langkahnya karena alasan anak. 

“kamu gak bosen?” aku pikir pertanyaan itu cuma untuk Lilih yang belum punya anak. Eh ternyata setelah punya anak juga masih ada yang nanya itu.
“ya bosen. Tapi kan bosennya keobatin sama anak”
“tapi kan aktivitasnya itu itu aja”
Well, iya siiiih (untuk urusan rumah. tapi urusan anak? there's always challenging in every single moment).

Jadi walobagaimanapun, tetap bekerja saat sudah berumah tangga adalah pilihan yang menyenangkan dan kekinian.
A full time mother was a nitemare and my big insecurity. Sampe akhirnya kenal sama ibunya Kirana.  
Mbak Retnohening. You are my inspiration.  Mbak No adalah contoh ibu rumah tangga syar’i kekinian, a super duper cool mother and wife. Ibu milenial banget. walopun baru tahu sedikit tentang mbak No dari instagram dan sekarang dari bukunya Happy Little Soul, wait! What? Buku? Iyaaahhh ibu rumah tangga juga bisa bikin buku! Keren kan? (haha). Aku bisa merasa relate dan berempati sama mbak No.

Pasti sulit memutuskan untuk pindah ke Oman, meninggalkan keluarga, teman, pekerjaan dan tanah air tercinta. Harus sepenuhnya tinggal di rumah bersama Kirana saat suami bekerja. Siapa yang bantu kalo mbak No sakit? Homeshick atau gak mood masak misalnya, misaaaal (emang aku suka males masak). Banyak yang mbak No korbankan Tapi mbak No bisa melalui semua itu dengan sabar dan penuh syukur seperti ceritanya di buku. 

Memiliki Kirana membuat saya lebih banyak belajar, bersabar, tidak egois dan terus bersyukur ada malaikat kecil yang membutuhkan saya, yang menangis apabila dia jauh dari saya, yang mencari saya ketika dia haus dan lapar, yang menganggap saya segalanya, semestanya. Sepanjang hidup, saya belum pernah merasa hebat belum pernah juga merasa begitu dibutuhkan, semua tak lagi sama. Sekarang saya istimewa, sejak ada Kirana. Lalu, apa yang harus saya keluhkan?

Jadi inget salah satu video Kirana di instagram saat diajarkan mbak No. Kalau ada yang komentar jelek tentang fisik Kirana, jawab saja “it’s okay. I am special.”
And now i can do the same way. Saat aku merasa down sebagai seorang ibu yang (hanya) mengurus rumah, saya bisa bisikkan mantra itu, it’s okay i am special. Karena menjadi sepenuhnya ibu bagi anak, bukanlah pekerjaan biasa. That’s why we love our mom so much much much. 

So please people, do not underestimate the power of mamak mamak aka ibu rumah tangga. We are educated as well as a worker out there. Tak hanya pengorbanan yang ada di belakang titel itu tapi juga pahala yang menanti. 

Mulai saat ini aku akan belajar menjadi ibu yang penuh cinta. Karena meski dimanapun, seorang ibu, mau di rumah atau di kantor ia akan selalu dibutuhkan. Selalu istimewa, karena kita perempuan. Apapun pilihan kita, percayalah bahwa kita spesial. 

Salam tangguh, para nyonya!

Thursday, April 13, 2017

Cerita dari Planet Imut nan Lucu





Gak kerasa udah 7 tahun usia blog ini. Dan dalam rangka merayakan keberadaannya, aku bakal bikin kuis berhadiah. Yakali ... blogger ternama. Seriously, aku hanya ingin berterima kasih.

Sudah jadi tempat aku berkeluh kesah, cerita gak jelas, nulis soal mantan, mengumpat malu-malu, merekam kenangan, berkisah tentang hati dan cintanya.

Those was priceless. 

Oh ya! Sampe sekarang masiiiih aja ada yg nyinyir soal nama blog ini. Ha ha ha. *tawa kecut
lilcuteplanet. Lil-cute-planet. Oke sekali lagi LIL CUTE PLANET.

ada yang aneh? Artinya simpel kok, planet yang imut dan lucu. Atau bisa juga planet imutnya lilih. Buahahaha. Geli. 

Honestly itu emang udah jadi semacem aib yang terlanjur nempel dan susah diapus. Lebih tepatnya males ngapus. Jadi dulu waktu bikin blog ini sebagai pengganti blog pertama (pake wordpress) yang lupa password. Duh, padahal blog pertama itu udah asik banget namanya: pelangiitemputih. Mau pelangihitamputih gak bisa. Tapi kok sekarang kedengerannya kayak pelangi deddy corbuzier ya? Akhirnya kepaksa bikin yang baru. Nahh... bingung kan ngasih nama baru karena pake nama lama gak bisa. Kepikirannya sih waktu itu cuma pengen ada kata lil di depannya, sebagai inisial nama atau bisa jg kependekan dari little, biar gemesin. 

Udah nyoba segala jenis rangkaian kata yang dimulai dengan kata lil itu gak bisa semua. Terlalu biasa kali yah. sampe akhirnya pake kata cute baru dah bisa! Segitu mentoknya.

Seiring berjalannya waktu day by day aku mulai merasa menyesali empat huruf itu. Kenapa harus c-u-t-e? Kenapa gak pake nama sendiri aja? Atau semacam alamat email marisa anita dengan kotak surat marisa. atau pake nama makanan niru blog diana rikasari dengan hotchocolate and mint nya atau jellyjellybeans punya evita. Yahh begitulah adanya. Mau ganti sekarang berasa udah telat banget. berasa identitas yg udah ngebesarin aku. Tapi aku masih punya pikiran untuk ganti. kalem.

Dibalik nama hiyay super jijay itu blog ini udah jadi saksi metamorfosa aku menyalurkan hasrat nulis yang tadinya bisa nyastra sampe akhirnya ngepop amburadul macem ini. Membuktikan bahwa you are what you eat. Dari suka baca karya Pramoedya Ananta Toer sampe gogirl terus kosong.

Bikin 2011 waktu masih kuliah dan baru kehilangan bapak, sampe sekarang udah nikah dan punya kaisar.

Terima kasih yah,
hei blogger,
tanpa kamu,
aku hanya lilih tanpa karya. 

p.s. tadinya mau nunggu agustus biar pas 7 thn. Tapi kelamaan.


Wednesday, April 5, 2017

Bau Gendongan




Bau gendongan adalah istilah yang sering digunakan untuk bayi yang doyan digendong, kalo dilepasin dia nangis atau gak nyenyak tidur. Dari awal Kai lahir istilah itu sering disebut2 mamer, aku sih gak terlalu mikirin karena masih banyak hal baru depan mata yang lebih urgen kayak belajar menyusui, mandiin, ganti popok, pakein baju. Hal-hal basic. 

Setelah mulai tahu ritmenya menjadi ibu dan udah ditinggal mamer, otomatis harus ngurus Kai sendirian saat suami kerja. Baru deh kata bau gendongan mulai mengusik. 

Kenapa ampir semua orang ngomongin bau gendongan ini in negative way?
“Jangan digendong terus, nanti dia bau gendongan.”
“aku sih pengennya anak aku gak bau gendongan.”
“hemmm, udah bau gendongan nii jadi gak bisa lepas dari kita.”

Tiap denger komentar seperti itu, aku diem aja. Karena merasa gak ada yang salah dengan bayi yang digendong. Ada gak? Gak ada kan?

Kecuali satu orang yang aku denger beda pendapatnya. Dan aku langsung angguk2 setuju.
Ibu muda dua anak. Dia bilang,
“ya gak apa-apa anak maunya digendong terus. Itu kan quality time buat kita, orang tuanya. Nanti anaknya gedean (nunjuk anak sulungnya yang udah 3 tahunan) susah kita gendong. Justru sekarang selagi anaknya masih bayi bisa nempel terus sama kita.”
Bener juga. Aku langsung bayangin Kai udah lari sana sini susah mau dipelukin apalagi dicium mami papinya.  

Emang siiih ...
Kalau bau gendongannya Kai udah level dewa, bakal susah buat aku ngerjain kerjaan rumah. Bakal begadang sampe subuh. Bakal bagi-bagi shift sama suami, satu tidur satu gendong, gitu terus sampe dia bener2 nyenyak. Gak jarang nyenyaknya juga digendongan kita. Ya bisa-bisanya kita lah ngatur posisi biar bisa tidur barengan. Mau sambil dinenenin, mau lengan masih nempel di bawah pundak dia. Make sure dia selalu merasakan kehangatan tubuh kita. Karena ada samping dia aja gak cukup. Namanya jg bau gendongan, bukan bau kehadiran. Eng?

Yang jelas bau gendongan itu beda sama rewel. Sejauh ini Kai termasuk bayi yang tempramennya level easy. 

Terus satu pertanyaan besar aku.
Ada yah bayi yang gak bau gendongan? 

Karena menurut aku menggendong adalah salah satu bahasa cinta dari orangtua pada anaknya.
 
p.s. Kai lagi bau gendongan waktu aku nulis ini. :)