Friday, October 29, 2021

BRINGING UP BEBE - BOOK REVIEW




Apa yang Menarik?

1. Gaya Penceritaan

Latar belakang penulis yang adalah seorang jurnalis berperan besar membawakan buku ini menjadi seperti sebuah investigasi. Lengkap dengan kekhasannya, terjun langsung ke medan berita. Terlibat dengan serius dalam keseharian layaknya detektif demi mendapat informasi berharga meski ia tak perlu menyamar. Pamela Druckerman mengungkapkan jati dirinya pada setiap responden. Bahwa ia seorang ibu yang kesulitan.

2. Kita Merasa Senasib 

Sebagai orangtua yang buta petunjuk, penulis dengan apik mewakili setiap detail perasaan dan pertanyaan tentang pengasuhan. Penulis sama frustasinya dengan pembaca. Sama-sama merasa kehidupan bersama anak balita begitu berat dan merepotkan.

3. Sebuah Jawaban tidak Didapatkan dengan Instan

Pembaca diajak mencari jawaban bersama, lompat dari satu buku ke buku (sumber) lain, dari satu tetangga Prancis ke orang-orang asing di taman, restoran, berbincang dengan dokter anak, bahkan sesi diskusi dengan profesor dalam sambungan telepon.

Apa sebenarnya rahasia pengasuhan "damai" mereka?
Mengapa bayi di rumahnya (orang Prancis) berbeda dengan bayi di rumahku?

4. Bumbu Kehidupan Pribadi

Penulis berhasil meringkas kehidupan pribadinya sebagai awal yang membuat pembaca memahami dari mana pemikiran-pemikirannya muncul sampai akhirnya ia tuangkan. Pemahaman pembaca inilah yang membawa buku ini ditulis menjadi sangat personal sekaligus dengan cerdik membuatnya seru, seseru membaca cerita fiksi.








 

Thursday, October 7, 2021

Bertahan



Sepuluh tahun lalu, siapa pun bahkan diriku sendiri tidak pernah menyangka di usia 30 tahun namaku tercatat di akta notaris sebagai komisaris sebuah PT yang ternyata terasa biasa saja. Bukan hal mentereng dan patut dibanggakan :P Bahkan gelar sarjanamu tak dianggap penting untuk bisa sampai ikut mengiringi nama lengkap.


Kagetnya lagi, aku dan suami (yang menjabat sbg direktur) di bulan ke-6 PT berjalan kami memutuskan untuk pamit. Mengundurkan diri dari PT. Lalu putar haluan buat CV, haha. Memang seperti main-main. 

Di balik dua paragraf yang terkesan santai dan mudah dituliskan di atas, tentu kami berdua mengalami badai hebat yang bertubi menerpa. Bukan datang dari orang lain, bukan dari luar, tapi dari diri kami sendiri. Dari bagaimana kami harus bisa cepat memilih rute meski pandangan berkabut dan hati kalut.

Sampai akhirnya aku menyadari bahwa 3 tahun ini adalah proses pendewasaan. Ditandai dengan menumpuknya keputusan-keputusan yang berefek panjang dan dalam meski hanya diambil tanpa pikiran matang.

Semakin kita dewasa, semakin sering kita (meski tak mau tapi tetap) menyakiti perasaan orang lain. Pertanyaannya bukan lagi bagaimana kita meminta maaf tapi bagaimana kita berdamai dengan setiap keputusan yang telah dan akan kita ambil sebagai manusia dewasa.

Ingat bagaimana kita kecil akan berlindung dari orang dewasa atas pilihan-pilihan yang kita buat?
Tapi tidak saat kita besar.