Buat ibu rumah tangga yang 24/7 nya didedikasikan untuk
keluarga. Aku nulis ini untuk kalian para perempuan tangguh. Mungkin bagi
ibu-ibu seumuran mamah aku, sixty something (kalau masih ada) jadi ibu rumah
tangga yang ngurus rumah dan anak (doang) dan gak kerja itu biasa. Lumrah, dan
wajar adanya. Tapi... zaman kini telah berubah. Dan aku pun sudah menjadi
seorang ibu. Di zaman aku, jadi ibu rumah tangga (doang) itu commonly dianggap membosankan, gak kreatif dan gak hebat karena gak bisa multitasking. Ngurus anak
iya, berkontribusi secara finansial juga iya.
Is it super cool, when you have a happy family and a good
career at the same time?
Nowadays, people ask woman not only to become a stay-home
mother, but a worker also. Buat aku itu masih jadi impian. Karena balik lagi ke
kehidupan yang sedang aku jalani, aku sekarang (hanya) seorang ibu untuk Kai
dan istri untuk Pak Hamzah. Apakah itu mudah? NOOOpe. Karena meski aku berhasil
membuat Kai dan Pak Hamzah bahagia, aku merasa dunia masih melihat aku sebagai
Lilih yang gak ada apa-apanya.
Is it more fun? Saat ibu rumah tangga sudah lelah dan bosan
mengurus rumah, ia bisa teralihkan dengan pekerjaan dan orang2 di
sekelilingnya. Sementara a full time mother akan terhenti langkahnya karena
alasan anak.
“kamu gak bosen?” aku pikir pertanyaan itu cuma untuk Lilih
yang belum punya anak. Eh ternyata setelah punya anak juga masih ada yang nanya
itu.
“ya bosen. Tapi kan bosennya keobatin sama anak”
“tapi kan aktivitasnya itu itu aja”
Well, iya siiiih (untuk urusan rumah. tapi urusan anak? there's always challenging in every single moment).
Jadi walobagaimanapun, tetap bekerja saat sudah berumah
tangga adalah pilihan yang menyenangkan dan kekinian.
A full time mother was a nitemare and my big insecurity. Sampe
akhirnya kenal sama ibunya Kirana.
Mbak Retnohening. You are my inspiration. Mbak No adalah contoh ibu rumah tangga syar’i kekinian,
a super duper cool mother and wife. Ibu milenial banget. walopun baru tahu
sedikit tentang mbak No dari instagram dan sekarang dari bukunya Happy Little
Soul, wait! What? Buku? Iyaaahhh ibu rumah tangga juga bisa bikin buku! Keren kan?
(haha). Aku bisa merasa relate dan berempati sama mbak No.
Pasti sulit memutuskan untuk pindah ke Oman, meninggalkan
keluarga, teman, pekerjaan dan tanah air tercinta. Harus sepenuhnya tinggal di
rumah bersama Kirana saat suami bekerja. Siapa yang bantu kalo mbak No sakit? Homeshick
atau gak mood masak misalnya, misaaaal (emang aku suka males masak). Banyak yang
mbak No korbankan Tapi mbak No bisa melalui semua itu dengan sabar dan penuh
syukur seperti ceritanya di buku.
Memiliki Kirana
membuat saya lebih banyak belajar, bersabar, tidak egois dan terus bersyukur ada malaikat kecil yang membutuhkan saya, yang
menangis apabila dia jauh dari saya, yang mencari saya ketika dia haus dan
lapar, yang menganggap saya segalanya,
semestanya. Sepanjang hidup, saya belum pernah merasa hebat belum pernah
juga merasa begitu dibutuhkan, semua tak lagi sama. Sekarang saya istimewa, sejak ada Kirana. Lalu, apa yang harus
saya keluhkan?
Jadi inget salah satu video Kirana di instagram saat
diajarkan mbak No. Kalau ada yang komentar jelek tentang fisik Kirana, jawab
saja “it’s okay. I am special.”
And now i can do the same way. Saat aku merasa down sebagai
seorang ibu yang (hanya) mengurus rumah, saya bisa bisikkan mantra itu, it’s
okay i am special. Karena menjadi sepenuhnya ibu bagi anak, bukanlah pekerjaan
biasa. That’s why we love our mom so much much much.
So please people, do not underestimate the power of mamak
mamak aka ibu rumah tangga. We are educated as well as a worker out there. Tak hanya pengorbanan yang ada di belakang titel itu tapi juga pahala yang menanti.
Mulai saat ini aku akan belajar menjadi ibu yang penuh
cinta. Karena meski dimanapun, seorang ibu, mau di rumah atau di kantor ia akan
selalu dibutuhkan. Selalu istimewa, karena kita perempuan. Apapun pilihan kita,
percayalah bahwa kita spesial.
Salam tangguh, para nyonya!